Pernahkah terpikir bagaimana sebuah makanan sederhana bisa menjadi jembatan yang menyatukan dua budaya berbeda? Bagaimana jika pengalaman memasak bersama dapat menciptakan kebersamaan, meski dengan bahasa yang berbeda?
Itulah yang dialami siswa SDIP Daarul Jannah saat melakukan kegiatan study tour ke Jepang, di mana mereka berkesempatan membuat mochi, kue tradisional khas Jepang, bersama siswa Gunma Satoyama School Jepang. Tidak hanya belajar membuat mochi, mereka juga menemukan cara unik untuk berinteraksi dan menjalin persahabatan lintas budaya.
Lantas, bagaimana pengalaman mereka dalam meracik mochi dan menjadikan kuliner ini sebagai simbol kebersamaan? Yuk, simak kisah seru mereka!

Sejarah Mochi di Jepang
Mochi adalah kue beras yang terbuat dari mochigome, nasi ketan japonica pendek yang ditumbuk menjadi pasta dan dibentuk serta diberi isian.
Mochi telah menjadi bagian dari budaya Jepang sejak periode Jomon (14.000-300 SM). Saat itu budi daya padi menjadi luas di Jepang. Namun, pada periode Nara (710-794 M), Mochi mulai menyerupai suguhan yang kita ketahui hari ini. Melansir dari laman South China Morning Post, mochi mungkin diperkenalkan ke Jepang dari Tiongkok sekitar 300 SM.
Selama periode Heian (794-1185 M), mochi menjadi populer di kalangan aristokrasi dan kerap muncul di acara-acara khusus dan perayaan. Pada periode Edo (1603-1868), mochi menjadi makanan pokok di Jepang dan berbagai variasi regional telah berkembang.
Samurai membawa mochi ke medan perang karena bergizi dan praktis. Di masa lalu, suara samurai yang menumbuk mochi menjadi tanda pertempuran akan segera terjadi.
embuatan mochi tradisional melibatkan beras ketan yang dimasak dengan palu kayu sampai membentuk adonan lengket dan elastis. Proses ini dikenal sebagai mochitsuki, yang dilakukan orang selama acara dan festival khusus.
Saat ini, mochi dinikmati dalam berbagai bentuk dan telah menjadi suguhan populer di seluruh dunia. Teksturnya yang unik dan rasanya manis menjadikannya camilan dan makanan penutup yang disukai orang dari segala usia.

Keseruan membuat Mochi
Pada 19 Januari 2025, para siswa SDIP Daarul Jannah dan Gunma Satoyama School Jepang bersama para-Staff dan Pengajar mereka belajar membuat mochi dengan alat tradisional. Dalam kegiatan ini, mereka saling berbagai tugas untuk bekerja sama dalam membuat mochi, ada yang mengukus beras ketan hingga lembut, menyalakan api untuk menjaga suhu tetap stabil, serta menumbuk dan membentuk mochi dengan penuh ketelitian.
Keseruan terpancar dari wajah siswa SDIP Daarul Jannah dan siswa Gunma Satoyama School Jepang saat mereka bersama-sama menikmati mochi buatan sendiri. Dengan bimbingan para staf, mereka belajar bahwa membuat mochi bukan hanya sekadar memasak, tetapi juga tentang kreativitas dalam membentuk adonan, kerja sama dalam berbagi tugas, serta kekompakan dalam menyelesaikan setiap tahap prosesnya. Gelak tawa dan semangat kebersamaan diantara mereka, membuktikan bahwa perbedaan negara dan bahasa bukanlah penghalang untuk saling menyatu. Dalam setiap gigitan mochi, tersimpan cerita persahabatan dan pengalaman berharga yang akan selalu dikenang.

Manfaat Membuat Mochi
Kegiatan membuat mochi di Jepang bukan sekadar pengalaman kuliner, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi siswa, terutama dalam konteks study tour dan pertukaran budaya. Berikut beberapa manfaatnya:
- Memahami Budaya Jepang Secara Langsung
- Meningkatkan Interaksi Lintas Budaya
- Melatih Keterampilan Motorik dan Kreativitas
- Belajar Nilai Kerja Sama dan Gotong Royong
- Merasakan Langsung Perbedaan Kuliner
- Menjalin Kenangan Tak Terlupakan
Study Tour yang sangat bermanfaat dan berkesan bukan ? Selain bisa mempelajari tentang budaya jepang, para siswa juga dapat memiliki pengalaman tentang makanan Jepang. Jangan lupa, ikuti keseruan lainnya, di artikel selanjutnya!
Sources
Start writing here...